Pamekasan – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Politeknik Negeri Malang (Polinema) berhasil menciptakan mesin deep fat frying and smoked fish machine alias mesin penggoreng dan pengasap ikan.
Polinema menghibahkan mesin tersebut kepada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sabuk Hijau yang mengelola Eduwisata Mangrove Lembung Galis Pamekasan.
Koordinator Dosen Pembimbing PKM Polinema, Ach. Muhib Zainuri mengatakan bahwa, mesin tersebut merupakan hasil karya pertama mahasiswa Polinema yang melakukan pengabdian di Desa Lembung tahun 2024.
Menurutnya, mesin itu diciptakan atas pertimbangan kebutuhan dari masyarakat setempat yang tidak sedikit berprofesi sebagai nelayan. Kata dia, mesin ini bisa menjadi alternatif untuk memasak hasil tangkapan laut.
“Ketika nanti ada ikan yang dihasilkan oleh nelayan, kami harapkan dapat dimanfaatkan dengan baik,” ungkapnya.
Sementara itu, Sofyan Dwi Trisna Putra, Mahasiswa PKM Polinema yang juga menjadi salah satu perancang mesin tersebut menyampaikan, untuk pembuatan mesin, dilakukan sekitar dua bulan lamanya.
Dalam pembuatan mesin itu, Sofyan ditemani oleh dua mahasiswa lainnya, yakni Aldi Riyansyah dan Dwika Rheza.
“Mulai dari alat-alat, merancang, hingga selesai, itu diperkirakan dua bulan. Kami bertiga membuat mesin ini. Kemudian didampingi juga dari dosen,” ujarnya.
Dikatakan, mengenai fungsi mesin tersebut, salah satunya yaitu untuk mempermudah memasak ikan, bahkan daging. Simpelnya, mesin ini lebih efisien dan terkontrol ketimbang alat penggoreng dan pengasap ikan biasa lainnya.
“Harapan kami, mesin-mesin ini bermanfaat bagi masyarakat,” tuturnya.
Terpisah, Ketua Pengelola Eduwisata Mangrove Lembung, Slaman mengucapkan banyak terimakasih atas kepercayaan Polinema. Dia juga mengapresiasi, bahkan mengaku terkesan atas hasil karya dari Tim PKM.
Slaman menyampaikan, bakal memanfaatkan mesin itu sebaik mungkin. Termasuk dalam penggunaannya dalam mengembangan UMKM di wilayah setempat.
“Kelompok kami memang berupaya untuk terus mengembangkan UMKM. Bagi kami, mesin ini sangat bermanfaat. Karena nanti bisa digunakan untuk memasak hasil tangkapan di laut, lalu dijual. Artinya bisa bernilai ekonomis,” pungkasnya.